TUGAS
INDIVIDU PEMBUATAN MAKALAH
Tema : PEMBINAAN MENTAL
Tema : PEMBINAAN MENTAL
Judul
:
“Bimbingan Mengatasi Kurang
“Bimbingan Mengatasi Kurang
MOTIVASI
BELAJAR”
KATA
PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat
Ilahhi Robi,Karena Atas Dengan Ijinnya Akhirnya saya bisa Menyelesaikan Makalah
Yang berjudul :
“ Bimbingan Mengatasi Kurang Motivasi Belajar “.
Makalah ini saya Buat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi
FAI (Fakultas Agama Islam) III
Tak Lupa Saya ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Makalahi ini,Sehingga alhamdulilah Makalah Ini Bisa selesai tepat pada waktunya.
“ Bimbingan Mengatasi Kurang Motivasi Belajar “.
Makalah ini saya Buat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi
FAI (Fakultas Agama Islam) III
Tak Lupa Saya ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Makalahi ini,Sehingga alhamdulilah Makalah Ini Bisa selesai tepat pada waktunya.
Saya
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,Untu itu Kritik dan saran
untuk para pembaca sekalian diharapkan
dapat membangun sehingga bisa menyempurnakan makalah saya ini.
Akhirkata
Saya ucapkan Terimakasih,dan semoga Makalah ini Dapat memberikan informasi dan
dapat berguna untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan bagi Kita Semua.
WASALAM.
Penyusun :
Karawang, Sabtu,21-Juni-2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Moivasi
merupakan suatu kondisi dalam diri individuatau peserta didik yang mendorong
atau menggerakan individu atau peserta didik melakukan kegiatan dalam suatu
tujuan.
Sebagai contoh kebutuhan akan makan mendorong seseorang untuk bekerja keras bercocok tanam, menangkap ikan atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lain untuk mendapatkan makanan atau mendapatkan uang untuk membeli makanan.
Motivasi ingin lulus mendorong peserta didik untuk membeli buku-buku yang diperlukan, banyak belajar, mengikuti bimbingan dan mengikuti pelatihan dari guru, belajar kelompok dengan teman-teman lainnya, dan sebagainya
Sebagai contoh kebutuhan akan makan mendorong seseorang untuk bekerja keras bercocok tanam, menangkap ikan atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lain untuk mendapatkan makanan atau mendapatkan uang untuk membeli makanan.
Motivasi ingin lulus mendorong peserta didik untuk membeli buku-buku yang diperlukan, banyak belajar, mengikuti bimbingan dan mengikuti pelatihan dari guru, belajar kelompok dengan teman-teman lainnya, dan sebagainya
1.2. Rumusan Masalah
Dalam
pembahsan makalah ini,akan di bahas Masalah Seperti berikut :
Ø
A. Bentuk prilaku kurang motivasi
belajar
Ø
B. Sebab-sebab kurang motivasi
belajar
Ø
C. Cara-cara meneliti latarbelakang
kurang motivasi belajar
Ø D.
Memadukan data dan merumuskan perkiraan masalah sementara
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah
Adapun penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
para peserta didik agar dapat menguasai potensi dan kemampuan dalam
melaksannakan program pengajaran yang dilaksannakan baik didalam lingkungan
sekolah ataupun diluar sekolah dan dalam lingkungan pendidikan lainnya, serta
untuk mengetahui prilaku kurang motivasi belajar serta dampak yang
ditimbulkannya, dan dapat mengetahi dan membedakan beberapa sifat motivasi
untuk para konselor atau guru pembimbing.
1.4. Pandangan Penulis
Penulis
disini membedakan antara belajar dan pembelajaran. Belajar merupakan semua
aktivitas yang dilakukan peserta didik
untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi, dapat
dilakukan didalam sekolah maupun diluar sekolah. Pembelajaran merupakan
kegiatan belajar yang dikalsanaka di sekolah bersama guru atau dengan bimbingan
guru.
Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau Motor yang menggerakan perahu pelajar. Para peserta didik yang belajar secara teratur, rajin, sungguh-sungguh, tekun, Dsb, tertentu karena memiliki motivasi belajar yang kuat
Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau Motor yang menggerakan perahu pelajar. Para peserta didik yang belajar secara teratur, rajin, sungguh-sungguh, tekun, Dsb, tertentu karena memiliki motivasi belajar yang kuat
BAB II
PEMBAHASAN
A.Motivasi
terbentuk dari tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu
Terhadap
tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda-beda,
seperti :
Desakan atau Drive, Motive atau Motive, kebutuhan atau Need dan keingina atau Wish. Walaupun ada kesamaaan dan semuanya mengarah kepada motivasi beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal tersebut. Desakan atau Drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau Motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan atau Need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya.
Walaupun ada variasi makna dari keempat hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, dan semuanya termaksuk motivasi.
Desakan atau Drive, Motive atau Motive, kebutuhan atau Need dan keingina atau Wish. Walaupun ada kesamaaan dan semuanya mengarah kepada motivasi beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal tersebut. Desakan atau Drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau Motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan atau Need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya.
Walaupun ada variasi makna dari keempat hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, dan semuanya termaksuk motivasi.
Motivasi
memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar, memepengaruhi
intensitas kegiatan belajar,tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan yang
akan di capai dalam belajar.
Makin tinggi dan pentinggnya tujuan akan belajar, akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya.
Ketiga komponen kegiatan atau perilaku kegiatan belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar.
Proses motivasi kegiatan belajar ini meliputi tiga langkah, Yaitu :
Makin tinggi dan pentinggnya tujuan akan belajar, akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya.
Ketiga komponen kegiatan atau perilaku kegiatan belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar.
Proses motivasi kegiatan belajar ini meliputi tiga langkah, Yaitu :
1. Adanya
suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar (Desakan,
Motif, Kebutuhan dan Keinginan Belajar) yang menimbulkan suatu keteganggan atau
tension.
2. Berlangsungnya
kegiatan atau prilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar
yang akan mengendurkan atau menghilangkan keteganngan.
3. Pencapaian
tujuan belajar dan kekurangannya atau hilangnya keteganngan.
Motivasi memiliki dua
fungsi, Yaitu :
Pertama
mengarahkan atau Directional Function, dan kedua megaktifkan
dan mengangkatkan kegiatan atau Actuating and Energizing Function.
Dalam mengarahkan kegiatan, Motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai.
Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupan sesuatu yang diinginkan oleh individu, Maka motivasi berperan mendekatkan (Approach Motivasion), dan bila sasaran atau tujauan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjahui sasaran (Avoidance Motivation).
Karena berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran (Approach-Avoidance Motivation).
Seseorang seseorang peserta didik yang ingin lulus dengan nilai baik atau dapat diterima diperguruan yang bermutu, memiliki motivasi yang mendekatkan pada sasaran belajar, dan motivasi dan motivasi yang menjauhkan pada hal-hal yang mengganggu belajar.
Dalam mengarahkan kegiatan, Motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai.
Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupan sesuatu yang diinginkan oleh individu, Maka motivasi berperan mendekatkan (Approach Motivasion), dan bila sasaran atau tujauan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjahui sasaran (Avoidance Motivation).
Karena berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran (Approach-Avoidance Motivation).
Seseorang seseorang peserta didik yang ingin lulus dengan nilai baik atau dapat diterima diperguruan yang bermutu, memiliki motivasi yang mendekatkan pada sasaran belajar, dan motivasi dan motivasi yang menjauhkan pada hal-hal yang mengganggu belajar.
Desakan,motif
kebutuhan dan kegiatan yang tercakup dalam suatu motivasi termaksuk dalam
motivasi belajar seringkali bukan hanya satu macam, tetapi beberapa,
mungkinjuga banyak sekali, sehingga terjadi pemilihan atau seleksi
(Choice atau Selectivity).
Motif atau kebutuhan yang mana yang akan dilayani oleh individu tergantgung dari hasil pemilihan atau seleksi.
Biasanya yang terkuat yang dilayani atau menjadi pendorong kegiatan individu.
Kekuatan suatu motiv atau kebutuhan sangat subjektif dan situasional, tidak selalu sama bagi setiap individu atau peserta didik dan situasi. Motif memiliki buku berbedz antara peserta didik yang menghadapi ulangan atau ujian dengan yang tidak, antara peserta didik yang akan ujian dengan mereka yang masih lama, antara pesewrta didik yang akan melanjutkan keperguruaan tinggi dengan yang akan bekerja.Kekuatan sesuatu motiv atau motivasi, bergantung kepada tiga hal :
Yang pertama adalah kekuatan dasar suatu motiv atau motivasi, keduan biasanya harapan atau keinginan yang akan dipenuhi dengan suatu motiv, ketiga besarnya kepuasan yang akan diantisipasi oleh individu atau peserta didik.
Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Perbuatan atau kegiatan belajar yang tidak bermotiv atau motivnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Sebaliknya apabila motivasi belajar besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, penuh semanggat, sehingga kemungkinan akan keberhasilanya akan sangat besar.
(Choice atau Selectivity).
Motif atau kebutuhan yang mana yang akan dilayani oleh individu tergantgung dari hasil pemilihan atau seleksi.
Biasanya yang terkuat yang dilayani atau menjadi pendorong kegiatan individu.
Kekuatan suatu motiv atau kebutuhan sangat subjektif dan situasional, tidak selalu sama bagi setiap individu atau peserta didik dan situasi. Motif memiliki buku berbedz antara peserta didik yang menghadapi ulangan atau ujian dengan yang tidak, antara peserta didik yang akan ujian dengan mereka yang masih lama, antara pesewrta didik yang akan melanjutkan keperguruaan tinggi dengan yang akan bekerja.Kekuatan sesuatu motiv atau motivasi, bergantung kepada tiga hal :
Yang pertama adalah kekuatan dasar suatu motiv atau motivasi, keduan biasanya harapan atau keinginan yang akan dipenuhi dengan suatu motiv, ketiga besarnya kepuasan yang akan diantisipasi oleh individu atau peserta didik.
Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Perbuatan atau kegiatan belajar yang tidak bermotiv atau motivnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Sebaliknya apabila motivasi belajar besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, penuh semanggat, sehingga kemungkinan akan keberhasilanya akan sangat besar.
B.Menurut
sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam yaitu :
1. Motivasi
takut atau Fear Motivasion, peserta didik bersungguh-sungguh dalam belajar
karena dia takut tidak lulus ujian, tidak naik kelas, atau takut mendapat
hukuman dari orang tuannya.
2. Motivasi
Insentif atau Incentive Motivation, seseorang peserta didik rajin
belajar karena ingin mendapatka Ijasah atau sertifikat tersebut dia dapat
melanjutkan studi atau bekerja.
3. Sikaf
atau Atitude Motivation atau Self Motivation, motivasi ini lebih.
bersifat intrinsik, muncul dari dalam individu atau peserta didik, berbeda
dengan kedua macam motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan
datang dari luar individu atau peserta didik. Sikap merupakan suatu motivasi
karena menujukan ketertarikan atau ketidak tertarikan seseorang terhadap suatu
objek. Peserta didik yangmempunyai sikaf positif terhadap sekolah dan pelajaran
akan menunjukan motivasi belajar yang besar. Motivasi ini datang dari dirinya sendiri karena adanya
rasa senang atau suka serta faktor-faktor subjektif lainnya.
Menurut Abraham
Maslow dalam Herbert L Petri(1981 h.301-313), ada lima ketegori yang membenuk
tahapan motif dari yang terendah sampai yang tertinggi, Yaitu :
1. Motif Fisiolois (Physiological needs), yaitu dorongan-dorongan
untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum,
bernafas, bergerak, Dll
2. Motif pengamanan (Safety Needs), yaitu dorongan-dorongan untuk
menjagga atau melindungi diri dari ganguan, baik ganguan alam, binatang, iklim,
maupun penilaian manusia.
3. Motif persaudaraan dan kasih sayang (Belongingness Needs), yaitu motif untuk
membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan, baik dengan jenis kelamin
yang sama maupun yang berbeda.
4. Motif harga diri (Self esteem needs), yaitu motif untuk
mendapatka pengenalan, pengakuan, pengargan, dan penghormatan dari orang lain.
Manusia sebagai mahluk sosial yang dalam dalam kehidupanya selalu berinteraksi
dengan orang lain, ingin mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari yang
lainnya.
5. Motif aktualisasi diri (Self Actualization), Yaitu motif untuk
mwngaktualkan atau merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya, ynag dibawa dari kelahirannya.
C.Bentuk
Prilaku Kurang Motivasi Belajar
Prilaku
individu atau kegiatan balajar peserta didik didorong oleh suatu atau beberapa
motif, walaupun dapat juga dihambat oleh motif-motif lain dari luar belajar.
Individu atau peserta didik adakalanya dihadapkan oleh dua desakan melakukan kegiatan belajar atau melakukan
kegiatan yang lain artinya tidak belajar.
Tergantung kepada individu atau pesrta didik sendiri, dia akan mengikuti desakan yang mana. Pemilihan motiv mana yang akan diikuti sangat tergantung pada kekuatan dari motif-motif tersebut bagi individ atau peserta didik.
Apabila dorongan belajar yang lebih kuat maka akan melaksanakan kegiatan tersebut, tetapi bila ajakan teman-temannya untuk bermain atau berrekreasi lebih kuat maka dia akan bermain dan mengikutu ajakan dari teman-temannya.
Tergantung kepada individu atau pesrta didik sendiri, dia akan mengikuti desakan yang mana. Pemilihan motiv mana yang akan diikuti sangat tergantung pada kekuatan dari motif-motif tersebut bagi individ atau peserta didik.
Apabila dorongan belajar yang lebih kuat maka akan melaksanakan kegiatan tersebut, tetapi bila ajakan teman-temannya untuk bermain atau berrekreasi lebih kuat maka dia akan bermain dan mengikutu ajakan dari teman-temannya.
Dalam kaitan
dengan kegiatan belajar dorongan yang memperkuat perbuatan belajar disebut
sebagai motif positif, sedang yang memperlemah kegiatan belajar seperti
bermain, berrekreasi, dll, termaksuk motif negatif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Herbert G. Hicks (1972:280) bahwa :
Hal ini sesuai dengan pendapat Herbert G. Hicks (1972:280) bahwa :
“ Motivation can be either positive or negative,
Positive motivation, someone called (Anxiety-reducing motivation), or ( the
carrot approach), offers somnething valuable to the person pay, praise. The
posssibility of becoming a permanent employee for acceptable peformance.
Negatife motivation, is often called the stick approach fired, threats of
demonition it peformance is unaccptable.”
Sumber motivasi dapat datang dari
dirinnya, kesadaran dan pemikiranya diriyanya sendiri, dapat juga datang dari
luar, dari orang tuanya, guru-guru, disekolah, teman-temannya, bahkan
masyarakat danmedia masa. Orangtua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan
dan menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positif
terhadap belajar.
Sebaliknya menjauhkan hal-hal yang kemungkinan
menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan belajar.
Motif ini tada yang disadari oleh individu ada pula yang tidak disadarinya, ada yang mempunyai hubungan dengan perbuatan yang dilakukannya ada pula yang hubungannya tidak kelihatan. Motivasi positif baik yang disadari maupu yang tidak disadari sama pentinngya, tetapi lebih baik kalau motivasi-motivasi tersebut disadari.
Motivasi belajar adakalanya muncul sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan memiliki kecakapan atau kopetensi, motivasi demikian dikelompokan sebagai motivasi intrinsik. Adakalanya motivasi belajar didorong oleh hal-hal lain diluar belajar, tetapi masih ada hubaungannya dengan belaar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkak ijasah, ingin diterima disekolah faforit, ingin disayang orangtua, dsb, motivasi belajar seprti itu dikelompokan sebagai motivasi ekstrinsik.
Motivasi yang baik adalah yang bersifat intrinsik, tetapi motivasi ekstrinsik juga tetap bermanfaat asal tidak megarah kepada perbuatan-perbuatan negatif, seperti mencontek, memalsu tugas, dll, agar mendapat nilai tinggi.
Seperti didalam program bimbingan dan konseling baik motifasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya, Motivasi positif penting untuk pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada peserta didik. Motivasi negatif juga penting sebab adakalanya peserta didik memperlihatkan tingkahlaku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikianmotivasi negatif dibutuhkan dalam memenuhi latar belakang suatu masalah sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah. Secara umum kalau dikatakan motif atau motivasi adalah motivasi positif rendah.
Didalam belajar seperti juga halnya didalam perbuatan atau kegiatan pada umumnya, motivasi memegang peranan yang sangat penting, mempengaruhi aktivitas, kesungguhan dan akhirnya menentukan hasil belajar. Seseorang peserta didik akan sungguh-sungguh, tekun, rajin balajar, apabila ia memiliki motivasi belajar yang benar. Sebaliknya apabila motivasi belajarnya kecil atau kurang sama sekali maka peserta didik akan menunjukan gejala-gejala kemalasan, keenganan, apatisme, bekerja asalan, mudah menyerah, putus asa, dan sebagainya.
Motif ini tada yang disadari oleh individu ada pula yang tidak disadarinya, ada yang mempunyai hubungan dengan perbuatan yang dilakukannya ada pula yang hubungannya tidak kelihatan. Motivasi positif baik yang disadari maupu yang tidak disadari sama pentinngya, tetapi lebih baik kalau motivasi-motivasi tersebut disadari.
Motivasi belajar adakalanya muncul sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan memiliki kecakapan atau kopetensi, motivasi demikian dikelompokan sebagai motivasi intrinsik. Adakalanya motivasi belajar didorong oleh hal-hal lain diluar belajar, tetapi masih ada hubaungannya dengan belaar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkak ijasah, ingin diterima disekolah faforit, ingin disayang orangtua, dsb, motivasi belajar seprti itu dikelompokan sebagai motivasi ekstrinsik.
Motivasi yang baik adalah yang bersifat intrinsik, tetapi motivasi ekstrinsik juga tetap bermanfaat asal tidak megarah kepada perbuatan-perbuatan negatif, seperti mencontek, memalsu tugas, dll, agar mendapat nilai tinggi.
Seperti didalam program bimbingan dan konseling baik motifasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya, Motivasi positif penting untuk pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada peserta didik. Motivasi negatif juga penting sebab adakalanya peserta didik memperlihatkan tingkahlaku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikianmotivasi negatif dibutuhkan dalam memenuhi latar belakang suatu masalah sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah. Secara umum kalau dikatakan motif atau motivasi adalah motivasi positif rendah.
Didalam belajar seperti juga halnya didalam perbuatan atau kegiatan pada umumnya, motivasi memegang peranan yang sangat penting, mempengaruhi aktivitas, kesungguhan dan akhirnya menentukan hasil belajar. Seseorang peserta didik akan sungguh-sungguh, tekun, rajin balajar, apabila ia memiliki motivasi belajar yang benar. Sebaliknya apabila motivasi belajarnya kecil atau kurang sama sekali maka peserta didik akan menunjukan gejala-gejala kemalasan, keenganan, apatisme, bekerja asalan, mudah menyerah, putus asa, dan sebagainya.
Banyak perilaku sebagai dari kurangnya motivasi
belajar pada peserta didik. Pada awal bab ini digambarkan bentuk-bentuk prilaku
kurang motivasi belajar dari tiga orang peserta didik. Secara lebih menyeluruh bentuk-bentuk prilaku
tersebut dapat dikelompokkan dalam empat kelompok kurang dalam motivasi belajar
sebagai berikut.
a) Kelesuan
dan ketidakberdayan, seperti malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu,
pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap
jasmani yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan
sebagainya.
b) Penghindaran
atau pelarian diri seperti absen dari sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran
tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa, dan sebagainya.
c) Penentangan
seperti kenakalan, suka menggangu, merusak, tidak menyukai suatu pelajaran atau
kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d) Kompensasi
seperti mencari kesibukan lain diluar pelajaran, mengarjakan tuhgas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting,
dan sebagainya.
D.Sebab-sebab Kurang Motivasi Belajar
Latar
Belakang Kurang Motivasi Belajar.
Tugas
guru dalam mengajar dikelas tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga
menciptakan situasi kelas, interaksi, kerjasama, memberikan arahan, petunjuk,
penjelasan, serta dorongan, rangsangan, motivasi agar peserta didik belajar
secara optimal. Proses penguasaan pegetahuan, nilai-nilai, keterampilan dan
pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan dukungan suasana lingkunga yang
kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas. Suasana kelas yang
tegang, diliputi rasa curiga, rasa tidak senang, tidak percaya, pertentangan
apalagi sampai permusuhan tidak akan mendukung proses pembelajaran yang sehat,
yang memungkinksn peserta didik berkembang optimal.
Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap kemampuan pengembangan peserta didik. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairanhan dan motifasi belajar. Dalam penciptaan kondisi kelas yang tersebut peran guru sangat penting, karena didalam kelas guru adalah pengelola, pemimpin dan opanutan peseta didik, selain dia juga sebagai sunmber belajar, sumber motivasi dan inspirasi. Dengan demikian suasana kelas dan operlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama dari besar atau kecilya motivasi belajar peserta didik.
Penyebab kedua adalah datang dari lingkungan keluarga. Para peserta didik adalah milik keluarganya, sekolah mewakili orangtua untuk memberikan didikan, asuhan, bimbingan, pembelajaran, latihan dan bentuk-bentuk pengembangan lainnya. Peranan dan tanggung jawab utamanya ada pada orangtua. Seolah sesungguhnya hanya mewakili keluarga, karena keluarga tidak lagi memberikan pembelajaran dalam penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan tinggkat tinggi. Fungsi bimbingan, pengasuhan, dan didikan utamanya tetap pada orangtua.
Orangtua dalam keluargannya masing-masing juga berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah, menyediakan saran dan faslitas balajar yang dibutuhkan eserta didik. Keluarga juga perlu memberikan dukungan sosial dan emosianal. Dukungan sosial dalam arti penciptaan hubungan akrab, yang bersahabat yang terhindar dari permusuhan, tekanan-tekanan dan perbudakaan.
Dukungan emosional dala atri memberikan perlakuan secara wajar dan adil, perhatian dan kasih sayang yang sama terhadap semua anak, tidak berlebihan sehingga tidak cenderung memanjakan.
Dalam proses pendididkan baik disekolah maupun dirumah diperlukan adanya disiplin, tetapi bukan disiplin mati yang diandai dengan ancaman-ancaman yang keras. Disiplin yang paling baik adalah disiplin diri, yang tumbuh pada masing-masing pribadi anak atau peserta didik. Disiplin demikian akan berkembang dalam suasan yang demokratis, disadari oleh pengakuan terhadap keberadaan, fungsi dan peranan, kemampuan seta karakteristik masing-masing pihak. Aturan-aturan yang diberikan oleh guru dan orangtua diterima dengan pengertian bukan sebagia pembatasan-pembatasan, ancaman ataupun hukuman.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan disiplin yang demikian menumbuhkan suasan yang sehat, membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para peerta didik., Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikaf curiga, permusuhan, ketidakpercayaan, suasan emosi yang tawar atau cenderung kearah kebencian, penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb, cenderung akan menurunan motivasi menghilangkan kegairahan belajar.
Disamping faktor-faktor yang bersumber dari sekolah dan keuarga, motivasi belajar juga dapat datang dari peseta didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima baik kesehatan jasmani dan rohani menjadi dasar yang kuat bagitumbuhnya motivasi belaja. Moto olahraga yang sehat yang paling terkenal adah “ Mensana incopore sano” Yang berarti didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kesehatan jasmani dan rohani menjadi dasar bagi pengembanggan seluruh kemampuan pribadi peserta didik.
Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap kemampuan pengembangan peserta didik. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairanhan dan motifasi belajar. Dalam penciptaan kondisi kelas yang tersebut peran guru sangat penting, karena didalam kelas guru adalah pengelola, pemimpin dan opanutan peseta didik, selain dia juga sebagai sunmber belajar, sumber motivasi dan inspirasi. Dengan demikian suasana kelas dan operlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama dari besar atau kecilya motivasi belajar peserta didik.
Penyebab kedua adalah datang dari lingkungan keluarga. Para peserta didik adalah milik keluarganya, sekolah mewakili orangtua untuk memberikan didikan, asuhan, bimbingan, pembelajaran, latihan dan bentuk-bentuk pengembangan lainnya. Peranan dan tanggung jawab utamanya ada pada orangtua. Seolah sesungguhnya hanya mewakili keluarga, karena keluarga tidak lagi memberikan pembelajaran dalam penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan tinggkat tinggi. Fungsi bimbingan, pengasuhan, dan didikan utamanya tetap pada orangtua.
Orangtua dalam keluargannya masing-masing juga berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah, menyediakan saran dan faslitas balajar yang dibutuhkan eserta didik. Keluarga juga perlu memberikan dukungan sosial dan emosianal. Dukungan sosial dalam arti penciptaan hubungan akrab, yang bersahabat yang terhindar dari permusuhan, tekanan-tekanan dan perbudakaan.
Dukungan emosional dala atri memberikan perlakuan secara wajar dan adil, perhatian dan kasih sayang yang sama terhadap semua anak, tidak berlebihan sehingga tidak cenderung memanjakan.
Dalam proses pendididkan baik disekolah maupun dirumah diperlukan adanya disiplin, tetapi bukan disiplin mati yang diandai dengan ancaman-ancaman yang keras. Disiplin yang paling baik adalah disiplin diri, yang tumbuh pada masing-masing pribadi anak atau peserta didik. Disiplin demikian akan berkembang dalam suasan yang demokratis, disadari oleh pengakuan terhadap keberadaan, fungsi dan peranan, kemampuan seta karakteristik masing-masing pihak. Aturan-aturan yang diberikan oleh guru dan orangtua diterima dengan pengertian bukan sebagia pembatasan-pembatasan, ancaman ataupun hukuman.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan disiplin yang demikian menumbuhkan suasan yang sehat, membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para peerta didik., Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikaf curiga, permusuhan, ketidakpercayaan, suasan emosi yang tawar atau cenderung kearah kebencian, penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb, cenderung akan menurunan motivasi menghilangkan kegairahan belajar.
Disamping faktor-faktor yang bersumber dari sekolah dan keuarga, motivasi belajar juga dapat datang dari peseta didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima baik kesehatan jasmani dan rohani menjadi dasar yang kuat bagitumbuhnya motivasi belaja. Moto olahraga yang sehat yang paling terkenal adah “ Mensana incopore sano” Yang berarti didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kesehatan jasmani dan rohani menjadi dasar bagi pengembanggan seluruh kemampuan pribadi peserta didik.
Dalam prbadi atau jasmani dan rohani yang sehat,
akan berkaembang persepsi, sikap yang sehat dah realistik, emosi yang stabil,
keceriaan, merasakan kesenangan, kebahagiaan, dst. Penghayatan suasana
emosional dalam diri yang positif menjadi pangkal bagi pandangan dan
perlakuannya terhadap orang lain dan lingkunggannya. Pandangan pan perlakuan
terhadap orang lain yang positif, akan menimbulkan reaksi dari orang lain dan
dari lingkunggannya yang positif juga, dan ini mejadi dasar dari kehidupan
sosial yang sehat, yang positif yang baik. Kehidupan pribadi yang sehat,
kehidupan sosial yang sehat akan menumbuhkan semangat untuk maju, untuk
menumbuhkan semua potensi, bakat, minat, dan kecakapan, menumbuhkanmotif
berprestasi. Sebaliknya kondisi pribadi yang kurang sehat akan menumbuhkan
kondisi sosial yang kurang sehat pula. Dan dapat menjadi pangkal dari rendahnya
motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi. Sekali lagi perlu dikemukakan
bahwa tumbuhnya pribadi yang sehat juga dilatarbelakangi oleh dasar-dasar yang
dikembangkan dalam keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang peranan
kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memerikan dasar-dasar bagi kemajuan
belajarnya.
E. Cara-cara
Meneliti Latar Belakang Kurang Motivasi Belajar
Rendahnya
motivasi belajar seseorang peserta didik buak suatu yang tanpa sebab, tetapi
adanya sebabnya. Seperti telah dijelaskan tadi, Bahwa sebab-sebab itu dapat
berasal dari sekolah, guru-guru dan teman-temannya, dari keluarga ayah, ibu,
atau dari saudara-saudarannya, dan dapat pula berpangkal dari dirinya sendiri,
kesehatan pribadi dan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu para
peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu juga diketahui hal-hal yang
melatarbelakanginya. Seperti halnya pada masalah-masalah bimbingan dan
konseling pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki
atau dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal-hal yang melatarbelakangginya.
Konselor atau guru pembimbing perlu mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti yang telah disebutkan diatas. Pengumpulannya jugan mengguanakan tekhnik penghimpunan data, pengumpulan data kecerdasan, memahami juga membantu peserta didik yang lambat belajar, memahami peserta ddik yang mengalami ganguan emosianal, dsb.
Dalam pelaksanna program bimbingan dan konseling disekolah, kegiatan pengumpulan data tersebut dapat dikelompokan dalam dua macam.
Yang pertama, Mengkaji data yang telah tersedia didalam catatan pribadi atau Commulative Record dengan seluruh format-format yang telah terisi.
Kedua, menghimpun data baru yang masih harus dikumpulkan dari berbagai jenis sumber data pad saat konselor atau guru pebimbing menghadapi peserta didik yang kurang motivasi belajar.
Konselor atau guru pembimbing perlu mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti yang telah disebutkan diatas. Pengumpulannya jugan mengguanakan tekhnik penghimpunan data, pengumpulan data kecerdasan, memahami juga membantu peserta didik yang lambat belajar, memahami peserta ddik yang mengalami ganguan emosianal, dsb.
Dalam pelaksanna program bimbingan dan konseling disekolah, kegiatan pengumpulan data tersebut dapat dikelompokan dalam dua macam.
Yang pertama, Mengkaji data yang telah tersedia didalam catatan pribadi atau Commulative Record dengan seluruh format-format yang telah terisi.
Kedua, menghimpun data baru yang masih harus dikumpulkan dari berbagai jenis sumber data pad saat konselor atau guru pebimbing menghadapi peserta didik yang kurang motivasi belajar.
Catatan
pribadi atau Cummulative Record merupakan buku atau kumpulan catatan pribadi
peserta didik, yang telah dibuat oleh konselor atau guru pembingbing yang
memuat seluruh data tentang perkembangan peserta didik, disuatu sekolah bahkan
juga di sekolah-sekolah sebelumnya. Data didalam catatan pribadi kadang-kadang
bersifat umum atau belum lengkap, lebih khusus dan rinci dan sesuai dengan keadaan
dapa saat itu seperti pada kasus pada peserta didik yang kurang motif belajar,
masih diperlukan usaha-usaha untuk mengupulkan data sesaaat, dengan instrumen
atau format-format yang telah ada dalam instrumen baruyang telah dikembangkan
oleh konselor.
Tahap ketiga kasus peserta didik yang memperlihatkan gekjala-gejala kurang motivasi dalam belajar yang telah diuraikan pada bagian awal ban ini, kita coba kumpulkan data dar buku catatan pribadi serta format-format yang ada.
Tahap ketiga kasus peserta didik yang memperlihatkan gekjala-gejala kurang motivasi dalam belajar yang telah diuraikan pada bagian awal ban ini, kita coba kumpulkan data dar buku catatan pribadi serta format-format yang ada.
F. Memadukan
Data Dan Merumuskan Pikiran Masalah Sementara
Terhadap
hasil-hasil studi dokumenter dari catatanpribadi dan format-format lain yang
sudah terisi untuk semntara dapat disusun kesimpulan umum tentang hal-hal yang
melatarbelakangi prilaku-prilaku motif belajar pada ketiga kasus atau klien
tersebut, Berdasarkan kesimpulan data tersebut sudah dapat disusun perkiraan
atau kemungkinan sementara masalah-masalah yang dihadapi oleh ketiga klien
tersebut.
latar belakang sementara dan perkiraan sementara masalah yang dihadapi oleh klien-klien tersebut dapat disusun.
latar belakang sementara dan perkiraan sementara masalah yang dihadapi oleh klien-klien tersebut dapat disusun.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan.
Motivasi terbentuk dari
tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap
tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda-beda,
seperti :
Desaka atau Drive, Motive atau Motive, kebutuhan atau Need dan keingina atau Wish.
Menurut Abraham Maslow dalam Herbert L Petri (1981 h.301-313), ada lima ketegori yang membentuk tahapan motif dari yang terendah sampai yang tertinggi, Yaitu :
Desaka atau Drive, Motive atau Motive, kebutuhan atau Need dan keingina atau Wish.
Menurut Abraham Maslow dalam Herbert L Petri (1981 h.301-313), ada lima ketegori yang membentuk tahapan motif dari yang terendah sampai yang tertinggi, Yaitu :
Ø
Motif Pengamanan (Safety Needs)
Ø
Motif Fisiologis (Physiological
needs)
Ø
Motif Persaudaraan dan kasih sayang
(Belongingness Needs)
Ø
Motif Harga diri (Self esteem needs)
Ø
Motif Aktualisasi diri (Self
Actualization)
Serta untuk para konselor atau
guru pembingbing agar dapat mengetahui beberapa masalah motivasi peserta didik
seperti :
Ø
Bentuk prilaku kurang motivasi
belajar
Ø
Sebab-sebab kurang motivasi belajar
Ø
Cara-cara meneliti latarbelakang
kurang motivasi belajar
Ø
Memadukan data dan merumuskan
perkiraan masalah sementara
B.Daftar
Pustaka
Semua Materi Makalah ini Dikutip Dari Berbagai Sumber :
Ø Sukmadinata, Syaodih,
Nano, 2007, Bimbingan dan konseling dalam praktek mengembanggkan potensi dan
kepribadian siswa, Bandung, Maestro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar